Selasa, 12 April 2016

panic selling
Banyak trader yang tidak menyangka akan terjadi koreksi dalam,di tengah euphoria IHSG yang "diharapkan" oleh banyak trader akan menuju ke level new high nya minggu ll. Namun nyatanya, pada hari Senin 7 Mei 2012, IHSG tak mampu naik lebih lanjut dan menunjukkan tanda pembalikan arah, dilanjutkan koreksi tajam. Selasa,15 Mei 2012, IHSG tertahan oleh suport trendline di area 4000. Banyak trader yang berspekulasi untuk melakukan buy at support. Namun kenyataannya, penguatan hanya bersifat sementara, Dead cat Bounce tidak berlangsung lama. TA (technical analysis) never lies ! Pada perdagangan Rabu 16 Mei 2012 IHSG kmbali terkoreksi tajam. Pada situasi ini, saya yakin banyak sekali trader yang mulai diserang rasa PANIK. Hal ini saya maklumi karena sering tidak mudah bagi pemula untuk melakukan stop loss. Banyak trader yang akhirnya menjadikan portofolio trading-nya menjadi investasi DADAKAN. Apa sebenarnya yang harus dilakukan dalam situasi PANIC SELLING tersebut?

Panic selling disebabkan adanya kejadian yang tidak diharapkan/tidak diantisipasi sebelumnya, seperti Suprime Mortgage, bom WTC, bencana alam, dan sebagainya. Hal itu memicu kekhawatiran investor dan menimbulkan aksi jual besar-besaran, sehingga harga turun tajam disertai volume sangat besar. Kata panic mengacu pada rasa takut / terancam. Ketika seorang investor / trader dikuasai oleh rasa takut, mereka tidak dapat bersikap objektif!. Mereka ambil keputusan tanpa memandang fundamental/teknikal. Tidak punya trading plan, sehingga ketika muncul situasi yang tidak diharapkan, mereka ketakutan. Begitu pula, ada beberapa trader yang sudah membuat trading plan namun tidak disiplin dan tidak berpegang pada trading plan-nya.

Kasus yang sangat sering terjadi adalah ketika harga menyentuh level stop loss begitu cepat, dan trader berharap supaya harga berbalik naik namun ternyata kejatuhan semakin dalam, dan trader baru memutuskan untuk melakukan cut loss, sehingga kerugian yang dialami cukup besar. Bahkan tidak jarang ketika trader baru saja melakukan cut loss, harga malah berbalik dan trader menyesal telah melakukan cut loss. Akibatnya, trader sering mengalami kerugian yang cukup besar dan kehilangan kesempatan dalam memanfaatkan situasi panic selling.

Lalu, apa yang harus kita lakukan ketika menghadapi situasi panic selling ?
Pertama, sebelum membuka transaksi, kita harus punya trading plan yang menentukan level masuk dan keluar(baik profit taking atau stop loss) supaya lebih objektif.

Kedua, ketika terjadi panic selling, kita harus tetap TENANG! Jangan panik dan jangan terbawa arus. Yang harus kita lakukan adalah DISIPLIN mengikuti trading plan kita sendiri. Ketika kita harus membatasi kerugian/cut loss, lakukan di level yang telah kita rencanakan sebelumnya. Jangan biarkan emosi mempengaruhi keputusan yang kita ambil. Ketika kita telah melakukan cut loss dan mengalami kerugian, jangan kecewa atau sedih. Bersyukurlah karena kerugian yang kita alami terkontrol.

Ketiga, rencanakan buy back pada momentum yang tepat, yaitu ketika harga berada dalam posisi peak dan menunjukkan tanda pembalikan arah. Bagaimana cara menentukan peak dan sinyal pembalikan arah ? Kesimpulannya, ketika terjadi panic selling, tetaplah objektif sesuai dengan trading plan kita. Jika kita takut, jangan lakukan apa pun. DO NOTHING. Jangan mencoba entry buy karena menganggap harga telah terdiskon, tanpa melakukan analisa teknikal dengan benar.

Sumber dari Kultwit tentang investasi saham oleh Ellen May
semoga bermanfaat... keep blogging!!!

Related Posts by Categories

0 komentar:

Posting Komentar

FOOTER