oleh: Rezky Yulia Ekaputri
Suasana siang itu di kelas XI Bahasa sangat gaduh. Meskipun pak Arif sang guru matematika sudah duduk di meja guru sejak beberapa menit yang lalu. Namun, murid-murid seolah menganggapnya tak ada. Bahkan, mungkin mereka berpikir Pak Arif hanyalah sebuah pajangan yang bikin pusing di siang bolong. Pak arif lantas membuka buku absennya dan mengabsen siswa satu persatu.
“Oktaviani Amelia.”
“Hadir Pak…!”
“Putra Arfiansyah.”
“Hadir Pak…”!
“Ratu Auliani.”
“….” Tak ada jawaban.
“Ratu Auliani.” Paggil Pak Arif lagi.
“Ratu…!!!!”
“Apaan sich…ganggu orang lagi tidur aja…!” maki Ratu sambil menengadahkan kepalanya.
“Kurang ajar….!!!!” Bentak Pak arif dengan garangnya.
“Eh, Bapak. Maaf Pak.” Ujar Ratu dengan rona wajah memerah menahan malu karena, ini bukan kali pertama dia kedapatan tidur oleh Pak Arif.
“Lagi-lagi kamu tidur di jam pelajaran saya. Kalau kamu tidak suka pelajaran saya, silahkan kamu keluar…!” bentak Pak Arif lagi.
“Maaf Pak…”
“Tidak ada maaf lagi buat kamu…! Sekarang keluar…!!!” mendengar makian Pak Arif, Ratu lantas keluar meninggalkan kelas. Semua mata siswa tertuju padanya. Namun, dia acuh tak acuh saja.
“Siapa lagi yang tidak suka dengan mata pelajaran saya…? Silahkan keluar menyusul Ratu.” Seru Pak Arif. Dan dengan lancangnya Dian dan Bella berdiri lantas keluar dari ruang kelas menyusul Ratu.
“Maaf Pak, Ratu sahabat kami… sebagai sahabatnya nggak tega kalau dia dihukum sendiri.” Ujar Bella sebelum meninggalkan kelas.
“Woyyy……!!!” Dian dan Bella mengagetkan ratu yang sedang asyiknya tidur di depan kelas XI IPA 2.
“Kalian kok di sini…?” Tanya Ratu sambil berusaha membuka matanya yang dari tadi sudah ketutup rapat.
“Tadi, Pak Arif bilang yang nggak suka mata pelajarannya boleh keluar. Berhubung kita nggak suka dan mau senasib sepenanggungan kayak loe, so kita keluar aja.” Jelas Dian sambil nyengir.
“Gila loe pada…!!! Lancing banget sich…!”
“Lebih lancing loe kalleee…!!! Bayangin aja, loe udah 3 kali kedapatan tidur sama Pak Arif, tapi loe tetap nggak kapok. Masih untung loe nggak di-scoresing…!!!” ujar Bella.
“Heheheee… iya juga sich. Tapi, loe pada tahu kan kalau gue punya penyakit insomnia. Yang kalau malam nggak bisa tidur terus pagi kerjanya molooor….”
“Iya juga sich… tapi, kenapa loe nggak nyoba mengkonsultasi tentang penyakit loe itu…? Bokap nyokap loe kan tajir, masa sich nggak bisa ngebiayai pengobatan insomnia kayak yang loe punya itu.” Dian member solusi.
“What…? Konsultasi…? Malaasss gillaaa gue…!!! Lagipula selama gue insomnia, gue fine-fine aja tuh.”
“Fine-fine apanya…? Gara-gara penyakit aneh loe itu, hampir tiap hari loe ketiduran di kelas Rat… itu kan ngeganggu pelajaran loe…” tambah Bella.
“Yayayaaa… udah selesai ngomongnya nona-nona…? Gue udah ngantuk banget nih…”
“Ya udah. Loe tidur aja gih…! Biar kita yang nungguin loe di sini. Dari pada loe diculik orang dari sini. Kan bisa berabe.” Canda Bella.
“Ada-ada aja loe.” Balas Ratu sambil memejamkan kedua bola matanya. Dian dan Bella hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap sahabat mereka. Satu jam kemudian, bel berbunyi menandakan sudah saatnya pergantian mata pelajaran. Bella dan Dian pun membangunkan ratu yang sedang tertidur pulas. Kemudian bergegas untuk masuk ke dalam kelas. Namun, di depan kelas, Vito si ketua kelas mencegat mereka.
“Kalian di panggil ke ruangan kepala sekolah.” Ujar Vito.
“Oh…” jawab Ratu singkat.
“Kalia nggak boleh masuk…!” cegah Vito di depan pintu saat Ratu dan kedua sahabatnya hendak melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas.
“Apa hak loe ngelarang kita…? Ini kan kelas kita juga.” Gertak Bella.
“Kata Pak Arif, kalian nggak boleh masuk sebelum menghadap ke kepala sekolah.” Jawab Vito.
“Ok kalau itu mau loe. Kita ke sana.” Balas Ratu sambil berlalu meninggalkan Vito. Disusul oleh Dian dan Bella.
“Rat, gimana kalau kita di scoresing?” Dian mulai panik.
“Masih untung kalau di scoresing. Gimana kalau lita di DO…? Bisa mati gue…” tanbah Bella.
“Tenang aja. Kalian tahu siapa gue kan.” Jawab Ratu sambil tersenyum simpul dan mengetuk pintu ruangan kepala sekolah.
“Masuk…” jawab sseorang dari dalam.
“Permisi pak.” Ujar mereka barengan.
“Yah. Silahkan duduk.” Kepala sekolah mempersilahkan mereka duduk. “Apa kesalahan kalian…?” Tanya kepala sekolah.
“Saya ketiduran di kelas Pak.” Jawab Ratu.
“Kalau kalian berdua…?” tanyanya lagi sambil menunjuk Bella dan Dian. Namun, Bella dan Dian hanya diam. “Kenapa tidak menjawab…?”
“Saya ngajak mereka keluar saat Pak Arif nyuruh saya keluar Pak.” Ratu kembali menjawab.
“Yang saya Tanya bukan kamu. Tapi mereka.”
“Maaf Pak.”
“Sekarang kalian berdua jawab pertanyaan saya. Apa kesalahan kalian…?” bentak Pak kepala sekolah.
“Kami diminta sama Ratu untuk keluar Pak.” Dian berbohong.
“Kalian betul-betul kurang ajar…!” Maki Pak Kepsek.
“Maaf Pak.” Hanya itu yang dapat mereka ucapkankan. Namun, Pak Kepsek hanya diam dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan, tiba-tiba dia berujar “Ratu…”
“Iya Pak.”
“Saya tahu, Ayah kamu ketua komite di sekolah ini. Tapi, itu tidak berarti kamu dan teman-teman kamu bebas melakukan apapun di sekolah ini. Bagaimana pun kalian adalah siswa yang wajib mengikuti setiap peraturan yang ada. Bukan cuma sekali saya mendapat kabar bahwa kamu ketiduran di kelas, tapi saya berusaha untuk memakluminya. Tapi sekarang tindakan kamu betul-betul sudah kelewat batas. Bahkan kamu berani mengajak teman kamu untuk menanggung hukuman kamu.” Jelas Pak Kepsek panjang lebar.
“Saya nggak bermaksud kayak gitu kok Pak…tapi…”
“Sudah. Kamu tidak usah menjelaskan apa-apa lagi. Sekarang saya masih memberi kamu peringatan dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kamu. Tapi, kalau kamu masih mengulanginya lagi, saya akan member hukuman yang berat untuk kamu dan teman-teman kamu ini. Bahkan, saya tidak segan-segan untuk mengeluarkan kalian dari sekolah ini.” Tegas Pak Kepsek.
“Baik Pak…” mereka bertiga menjawab serempak lalu keluar dari ruangan Kepsek yang terasa sumpek bagi mereka. Walaupun ruangan itu dilengkapi dengan fasilitas AC.
Mereka meninggalkan ruangan itu dengan perasaan gembira. Kekhawatiran yang sempat menaungi hati mereka lenyap sudah. Mereka bisa kembali tersenyum bahagia dengan keputusan Kepsek tadi. Walau Pak Kepsek udah member mereka WARNING, itu nggak menjadi masalah buat mereka. “Biarkanlah semua mengalir seperti air” itu motto persahabatan mereka. Entah apa yang mereka maksuk dengan “Air”. Tapi, itulah yang selalu mereka banggakan.
Sebulan setelah kejadian Ratu ketiduran di kelas, dia sudah tak pernah lagi kedapatan tidur saat pelajaran berlangsung. Meski pada jam istirahat, kadang dia habiskan untuk tidur dalam kelas.
Siang itu, jadwalnya pelajaran IPA Fisika di nkelas Ratu. Pelajaran yang selalu membuat Ratu mengantuk saat harus dituntut untuk bergelut dengan angka-angka dan rumus yang sama sekali tidak dia mengerti. Myngkin karena sudah terlalu mengantuk, Ratu lagi-lagi ketiduran dalam kelas. Ibu Nani yang tak lain adalah sahabat karib Mamanya hanya diam saja melihat Ratu ketiduran. Mungkin karena belian juga telah tahu bagaimana sifat Ratu, jadi dia tidak menegurnya.
Tepat pukul 14.00, bel tanda berakhirnya semua mata pelajaran berbunyi. Ratu dan teman-temannya berencana hang out bareng untuk melepas rasa penat mereka.
“Where we going now guys…?” Tanya Dian
“Mall…” usul Bella.
“Gue males ke mall…” ujar Ratu.
“So……..?”
“Gue pengen nenangin diri di tempat yang sepi.” Ujarnya lagi.
“What….? Tapi, di mana Ratu…………?” Tanya Bella.
“Di mana aja. Yang penting cuma ada kita bertiga.” Jawab Ratu sambil melangkah menuju mobilnya. Disusul kedua sahabatnya yang heran dengan tingkah Ratu. Dalam mobil itu, mereka hanya diam. Dian dan Bella tak member komentar apa-apa saat Ratu membawa mereka ke suatu tempat yang tak mereka kenali. Dan mereka singgah di tepi sebuah jurang yang sangat terjal.
“Ngapain kita ke sini Rat…?” Tanya Dian.
“Iya nich. Ini tempat apa sich…? Serem banget… banyak jurangnya pula.” Tambah Bella. Namun, Ratu tak member jawaban. Dia terus berjalan menyusuri tepi jurang yang sangat terjal itu. Dan tanpa dia sadari, sosok hitam sedari tadi telah mengintainya. Karena merasa lelah, Ratu pun menghentingkan langkahnya. Dia berdiri menatap langit biru. Seakan ada harapan yang tak dapat dia capai di angkasa yang menjulang tinggi itu. Namun, tiba-tiba sosok hitam itu kian mendekatinya dan mendorong Ratu jatuh ke jurang itu.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………”
“Ratu…! Ratu…! Loe kenapa…?” Bella panik. Ratu perlahan membuka matanya.
“Gue di mana…?” tanyanya dengan wajah pucat.
“Loe di kelas. Tadi, loe ketiduran lagi Ratu tidur…!” jawab seorang temannya.
“Jadi semuanya cuma mimpi…?” Ratu bertanya seolah-olah pada dirinya sendiri.
“Yailah…” jawab semuanya serempak. Ratu merasa sangat malu. Baru kali ini dia mimpi buruk seperti itu. Dan yang membuat Ratu sangat malu, mimpi itu datang saat dia tidur di kelas. Ratu kapok. Dia berjanji untuk tidak tidur lagi saat pelajaran berlangsung.
INSOMNIA…
“Gue bakal nyingkirin penyakit itu dalam hidup gue…!” tekad Ratu dalam hatinya.
*****
Penulis :Rezky Yulia Ekaputri
Sekolah : SMA Neg. 3 Sengkang Unggulan Kab. Wajo (Sul-Sel)
Kelas : X.F
Hoby : Baca buku apa aja, nulis, + denger musik
FB : Rezky Yulia Ekaputri
0 komentar:
Posting Komentar